Ramadhan kali ini....

Keberhasilan Dakwah; terkadang sangat beririsan dengan kenikmatan dunia. Ia bisa berwujud kekuasaan, jabatan, dan kelapangan harta. Mengelola dakwah untuk capaian tersebut sering melalaikan kita dari substansi dakwah. Tuntutan kerja yang professional, diartikan dengan pola kerja rapi, terstruktur dan tepat waktu. Kemudian kita mulai terjebak dalam kontek kerja, dan terlepas dari kontek dakwah.

Budaya kerja dakwah, masih sering terjebak dalam ‘Sistem Kebut Semalam’. Ketika waktu yang tersedia tersisa siingkat, kesadaran untuk mengejar target lahir mendesak. Akhirnya kerja memberikan kesan serabutan, tambal sulam, dan tergesa-gesa. Pada saat seperti itu, amal jama’i adalah pemahaman tanpa makna. Kerja dakwah sangat berorientasi target pencapaian dan miskin taushiah. Perlahan-lahan hati menjadi gerah, dan akhirnya minskin sentuhan dan hilangnya ukhuwah.

Realita dakwah menggambarkan kenyataan yang kontra produktif terhadap sunnatullah. Seharusnya seorang yang aktif dan memiliki mobilitas dakwah yang dinamis, semakin menikmati kedekatan dengan Allah SWt. Semakin lembut hatinya dan semakin kental ukhuwahnya. Dilapangan, kondisi yang terjadi malah sebaliknya. Mobilitas dakwah yang kita punya, mengurai jarak antara kita dengan ikhwah. Ukhuwah kian menjadi lemah, menyebabkan kerja-kerja dakwah hampa tanpa ghairah.

Apalah artinya sebuah kemenangan dan keberhasilan kalau masih menyisakan kekhawatiran. Apalah artinya jumlah yang banyak kalau bagai buih dilautan. Apalah artinya harta yang melimpah kalau saudara seperjuangan kita masih tak mampu membiayai sekolah anaknya di sekolah yang dibuat sendiri olehnya. Dan, apalah gunanya jabatan kalau tanpa izzah dan kehormatan yang malah menjadi catatan diyaumil akhir atas penguasa yang tidak adil.

Ramadhan 1432 Hijriyah kali ini adalah momentum terbaik agar kita dapat kembali menyatukan hati-hati kita. Semoga Allah SWT berikan kekuatan pada kita untuk menjadi hamba yang sholih/h, anggota jama’ah yang setia dan saling menasihati, dan menjadi warga Negara Indonesia yang berbakti pada nusa dan bangsa.

Realita Esok adalah benih pikiran kita hari ini

… bila yang kita pikirkan adalah bagaimana mensiasati keterbatasan, maka selamanya keterbatasan menjadi realitas kita. Kemelimpahan tidak pernah jadi nyata, karena kita memang tidak memikirkannya.

Generasi pertama pertama para pemikir da'wah, seperti Al-Banna, Al-Maududi, Sayyid Quthub dan lainnya, memfokuskan perhatian pada pembangunan ideologi. Generasi kedua, seperti Muhammad Al-Gazali, Yusuf Al-Qardhawi, Fathi Yakan, dan lainnya memfokuskan perhatiannya pada pembangunan kerangka pemikiran pergerakan.

Ketika gerakan da'wah memasuki era keterbukaan, bermetamorfosis menjadi institusi terbuka, bermain di domain publik, memasuki pusat-pusat kekuasaan, persoalan terbesar kita adalah sumberdaya. Inilah persoalan yang dihadapi gerakan-gerakan da'wah di berbagai negara Islam seperti Sudan, Yaman, Aljazair, Turki, Mesir, Indonesia dan lainnya. Di semua kawasan ini gerakan da'wah mengalami persoalan tersebut secara fundamental: beban kerja yang muncul akibat perluasan wilayah aksi da'wah tidak seimbang dengan sumberdaya yang dimiliki gerakan-gerakan da'wah tersebut.

Kita masih bicara ideologi dan belum bicara sumberdaya. Kita masih bicara sistem pemerintahan Islam dan belum bicara kompetensi kepemimpinan umat. Kita masih bicara slogan "Islam adalah solusi" dan belum bicara agenda aksi penyelesaian persoalan bangsa. Kita masih bicara kegagalan musuh, dan belum bicara kesuksesan-kesuksesan kita. Kita masih bicara ghazwul fikri, dan belum bicara strategi kebudayaan.

Kita masih bicara konspirasi asing, dan belum bicara sistem pertahanan da'wah. Kita masih bicara fiqhul ikhtilaf, dan belum bicara manajemen organisasi. Kita masih bicara sabar dalam mensiasati keterbatasan dana, dan belum bicara cara menciptakan kemelimpahan dana. Kita masih bicara apa yang kita inginkan, dan belum bicara sumberdaya yang diperlukan untuk mencapainya.

Selama pusat perhatian pikiran kita belum bergeser ke masalah penciptaan sumberdaya-sumberdaya, selama itu kita akan mengalami kemunduran dan keterpurukan. Ini hanya konsekuensi ketidakseimbangan antara beban dan daya pikul. Kita akan tampak tua dan lelah, berjalan tertatih-tatih memikul beban obsesi khilafah yang terasa semakin jauh.

Para pendiri dan ideolog gerakan da'wah telah meletakkan dasar-dasar ideologi yang kokoh bagi kebangkitan ummat. Mereka merampungkan tugas mereka dengan sempurna. Para pemikir pergerakan --berikutnya-- juga telah membangun kerangka pemikiran pergerakan bagi pertumbuhan gerakan da'wah menuju kematangan. Mereka juga telah menunaikan tugas mereka dengan sempurna. Kini tiba saatnya bagi generasi ketiga -generasi kita-- untuk membawa bendera, menunaikan tugas sejarah mereka: generasi pencipta sumberdaya. Biarlah di tangan mereka kebenaran menjadi nyata di muka bumi karena menyatu dengan kekuatan.

(dikutip dari “Mengubah Cara Kita Memikirkan Da'wah “ oleh Anis Mata)

Dimana Posisimu?

Orang-orang bijak pernah berpesan "Ma halaka ‘amru-un arafa Qadra nafsihi" (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya).

Telah banyak orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah menghargai dirinya dengan alasan ‘tawadhu’ atau perasaan tidak mampu dan tidak punya apa-apa.Selebihnya adalah jenis orang yang berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya.

Marilah berjabat tangan, ayunkah langkah dengan yakin dan lengkapi kekurangan diri dengan kelebihan saudara atau sebaliknya menopang kelemahan mereka dengan kekuatan diri yang ALLAH amanahkan.

Banyak orang bingung mencari lahan kerja dan lahan kerja Da’wah tak pernah tutup.

Dimana posisimu? Mungkin beberapa kalangan akan keberatan bila ku katakan engkau telah menyulam halaman da’wah di negeri ini dengan benang emas dan menyemaikan benih-benih berkah di lahan tandus, sehingga berubah menjadi ladang-ladang subur masa depan. Pohon keadilan, buah kemakmuran, bunga kesetaraan, ranah kesetiaan dan rumah kasih sayang. Bukan tujuanmu menciptakan iri.

Ada yang begitu geram ketika hamba-hamba ALLAH perempuan keluar dari setiap gang dan kampus dengan jilbab mereka yang anggun dan IP mereka yang cemerleng. Sedangkan, 20 tahun yang lalu harus keluar dari sekolah negeri yang dibangun dengan uang pajak mereka sendiri. Ya, kebangkitan memang bukan hanya sisi ini, namun banyak kebaikan tersimpulkan pada aspek ini. Intinya ; Perubahan.

Dan hari ini puncak gunung es itu telah memperlihatkan dinamika besar kebangkitan, shahwah yang penuh berkah. Tauhid adalah sistem konstruksi terpadu yang meletakkan segalanya tepat pada tempat, peran dan kepatutannya. Intelektual adalah sistem pengapianmu yang tak pernah padam. Kader-kader yang selalu ikhlas berkorban adalah roda yang siap menjelajah medan-medan berat. Keulamaan adalah sistem kendali-mu yang tahu kapan harus berbelok, menanjak, menurun dan menerobos hutan belantara, padang tandus serta bebatuan. Yang tak bergaransi ialah kondisi jalan, bahkan sekali pun dengan rute yang jelas dan lurus, kendaraan yang teruji, kru yang jujur, pakar dan sabar.

Dari semua setting ini, tentukanlah dimana posisimu ; penonton yang mencari hiburan, penunggu yang tak punya empati, atau pengharap kegagalan karena ada yang tak sejalan dengan persepsi mereka. Atau penuntun dan pengikut dengan pengenalan sistem navigasi yang akurat dan keyakinan yang mantap, bahwa laut tetap bergelom-bang dan di seberang ada pantai harapan.

(dikutip dari berbagai tausiyah Ust. Rahmat Abdullah)

Untukmu Teman

Disini,

Kita pernah bertemu

Mencari warna seindah pelangi

Ketika,

Kau menghulurkan tanganmu

Bawa ku kedaerah yang baru

Dan hidupku kini ceria

**

Kini dengarkanlah

Dendangan lagu tanda ingatanku

Kepadamu teman

Agar ikatan ukhuwah

Kan bersimpul padu

Kenangan bersamamu

Takkan ku lupa walau badai melanda

Walau bercerai jasad dan nyawa

Mengapa,

Kita ditemukan

Dan akhirnya kita dipisahkan

Mungkinkah,

Menguji kesetiaan

Kejujuran temani sang Iman

Tuhan berikan daku kekuatan…

Reff

Mungkinkah kita terlupa

Tuhan ada janjinya

Bertemu berpisah kita

Ada rahmat dan kasihnya

Andai ini ujian

Terangilah kamar kesabaran

Pergilah gulita

Hadirlah cahaya…

(Brothers)