Nikah

Teringat dengan sebuah nasihat, “pemuda itu, kalau belum nikah, berarti berada pada dua kemungkinan. Sering berbuat maksiat, atau… kurang jantan… ‘kutipan dari nasihat Imam Ahmad Ra.

Nisihat ini ana tujukan khus untuk diri saya sendiri. Tapi, karna rasa cinta dan ungkapan ukuwah kepada antum semua, izinkan ana berbagi. Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang sombong.

Hari ini mungkin setiap detik waktu kita habis di jalan dakwah. Namun, semua itu mungkin lebih sering kita nikmati sebagai beban. Kita juga sering dilingkupi kegalauan dengan beratnya amanah tersebut. Kita berpacu dengan waktu untuk semakin menyempurnakan penghambaan kita. Akan tetapi sedikit banyak kita menyisakan kehawatiran akan kesempurnaan amalan tersebut. Karena rentan dihadang riya’, kita lemah dari jebakan kefuturan, dan kita tidak mendapatkan jaminan kesempurnaan Ad-Dien ini dengannya.

“Manakala seseorang telah beristri, maka ia telah menyempurnakan separuh Dien. Maka takutlah kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lain.” (HR. Baihaqi)

Menikah mendapatkan jaminan kesempurnaan 50% agama. Selebihnya tetaplah dengan ketaatan dan aktivitas dakwah yang kita miliki. Bahkan ini adalah sebuah tawaran yang sangat menguntungkan.

“Jika mereka miskin, niscaya Allah akan menjadikannya kaya dengan karuniaNya.” (QS.24:32)

Demikian tawaran yang Allah berikan kepada setiap kita pemuda Islam. Sebuah perdagangan yang tidak pernah memiliki kata merugi. Tawaran yang mengukuhkan keimanan. Tawaran yang menyuguhkan segudang kenikmatan yang suci dan bersih. Apakah lagi kalimat yang pantas keluar dari mulut seorang beriman, selain sami’na wa atho’na, ketika Allah dan Rasulullah menyerunya.

Mulai hari ini, mari kita mulai menorehkan niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh untuk menikah. Kita berazam untuk melaksanakannya dengan Allah sebagai asasnya, manhaj Allah sebagai aturan, dan Allah sebagai tujuan. Selebihnya kita ikhtiar dan berdoa, semoga Allah memberikan pendamping hidup dari golongan orang-orang yang sholihah yang memudahkan urusan-urusan agama dan dunia kita, amiin.

Ustadz hasan Al Banna menegaskan, sekiranya kita mau melaksanakan kemudahan yang sama sekali tidak membebani itu, niscaya kita akan mampu menjadikan mudah segala kesulitan di dalam membentuk keluarga Islam.

Wallahu a’lam bishshowwab.