Indonesian Hero

Who can be a hero?


In the name of Allah, most gracious most merciful.

Praise be to Allah who give us opportunity to life in the world. Thanks to Prophet who tought the meaning of life, love, patience and honest. He has given knowledge how to be Abdullah and khilafah in the world. He is a hero in the world.

Hero is person who have given a merit to other people or institution. So, They feel mind debt. Everyone can be a hero. A Husband is a hero for his wife, a mother is hero for her children, a Teacher is hero for the students and Doctor is a hero for the patient. But the Hero tittle will lose if they ask something for the merit.

Hero is a tittle for person and was made by people or united people. So, everyone can give a tittle it to who gave a good service for theirself and The country can give a tittle it to who gave a merit to this country.

For Moslem, Hero is people who helped Islam by pure and pass away on the war. So, the hero is called Mujahidin by Allah the God for Moslem.

Mujahidin is hero, the Hero is not really Mujahidin. The hero can praise from people, while Mujahidin can reward from Allah.

Indonesian Hero is a tittle what is given to someone who has given a merit to this country and not for someone. Indonesia have three group hero. The First, Past time’s hero. Its are period before Indonesia Independent, Orde Lama Period, and Orde Baru Period. The Hero in past time is “a Teacher”. The teacher has given motivation and taught Indonesian people how to opponent colonizer, how to manage this country, how to be a success country (developing country) and so on.

The Second, Its are The Present time’s hero. Who can be a hero? This country needs many people who can change this country. Now, It is a Reformasi period. So, the hero in reformasi period is “a student”. The Third, The Future time’s hero. In the next time, this country will be filled by crazy peoples. They are “crazy of money”, “crazy of potition”, and “crazy of woman”. So, Our country needs “a doctor”. The doctor can recover theirs.

A Teacher, a student and a doctor are people characteristic. Its aren’t the jobs. The Hero in the last times are someone who taught about beauty of freedom. For examples, Jendral Soedirman, he was only a young man who can give motivation to theother person. KH Ahmad Dahlan was hero of Indonesia Education, Ir. Soekarno and Jendral Soeharto are political teacher. Everytime has a leader what agree with its time.

The Hero in the present time is someone who has spirit of study. He studies about the meaning of life. So, he cares condition this country. The student gave his think, his time, his energy and his money. Even he will be a victim in the campus because he don’t have time to finish his study. While in the next time the future heros are “doctor”. The Doctor is not job, but it’s a people characteristic. The doctor is someone who give medicine to people who has penyakit jiwa in this country. So, the doctors are professionalism teacher, technician, businessman, doctor, ect.

Its mean, our country need doctor who have skill how to treat illness country and of course they understand how to treat “crazy people” who can say but can’t do it, cares to education but don’t understand about education (only still SMU) and cares to people but corruption. Crazy people are “crazy of money”, “crazy of position” and “crazy of woman”. They want to grow but they are falling out.

Remember, the next time Indonesia won’t need enduring student who only can say but can’t do it or politician how only give promise but lie it.

Akhlaq Kemenangan Dakwah


Demi Allah sungguh aku takut untuk meninggalkan apa-apa yang Rasulullah Saw pernah jalankan, kemudian sepeninggalnya tidak aku laksanakan, sungguh aku takut kalau aku mati dalam keadaan sesat. (Abu Bakar ra)


Khoirul quruun, sebuah predikat untuk generasi sahabat adalah sisi akhlaq Islami yang menghiasi setiap perjuangan dan jihad mereka, sehingga layak bagi kita meneladani mereka sebagaimana disebutkan dalam sebuah atsar Ashaabi kannujum biayyihimu iqtadaitum ihtadaitum (para sahabatku adalah laksana bintang, dari sisi manapun kalian mengambil teladan, kalian berada dalam petunjuk).

Ikhlashul Wijnah wal ‘amal lillah

(berorientasi pada keikhlasan dalam ber amal)

Sebuah dialog disuatu hari di masjid Nabawi antara Umar ra dengan para sahabat dalam upaya membangun pribadi-pribadi mukhlis. Umar bertanya kepada salah seorang sahabat : apa yang anda harapkan dari Allah? Jawab sahabat : aku berharap dari Allah untuk memberiku emas sebesar uhud, kemudian aku belanjakan semua dijalan Allah. Umar bertanya lagi pada sahabat yang lain : apa yang anda harapkan dari Allah? Jawab sahabat : Aku berharap dari Allah karuniakan kepadaku kuda-kuda perang yang memenuhi kota Madinah, aku gunakan semua untuk berjihad dijalan Allah. Lalu Umar ra bertanya lagi kepada sahabat yang lain dengan pertanyaan yang sama. Jawab sahabat : aku berharap dari Allah untuk memberiku budak-budak yang memenuhi kota madinah untuk aku merdekakan semua di jalan Allah.

Kala beberapa jawaban dari para sahabat yang berorientasi keikhlasan dan kejujuran iman telah terucap, lalu para sahabat balik bertanya pada Umar ra ; ya amirul mu’minin, kami semua telah menyampaikan keinginan-keinginan kami, dan apa yang engkau inginkan dari Allah? Maka jawab Umar ra : adapun aku, sungguh aku menginginkan dari Allah agar kiranya dipenuhi masjid ini sosok-sosok pribadi mu’min seperti Abu Bakar ra yang menginfaqkan seluh hartanya untuk berjihad di jalan Allah.


Ittiba’ussunnah

(mengikuti sunnah Nabi)

Peristiwa perang uhud merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi para sahabat dalam menuangkan loyalitasnya kepada pemimpin yang agung Muhammad Saw yang Allah nyatakan ”Wainnaka la’alaa khuluqin ‘dziim”. Maka kemenangan moralitas yang besar telah diraih dalam jihad tersebut, tertanam dalam setiap lubuk sanubari pribadi mu’min sam’an watho’atan kepada Rasulullah Saw.

Demi Allah sungguh aku takut untuk meninggalkan apa-apa yang Rasulullah Saw pernah jalankan, kemudian sepeninggalnya tidak aku laksanakan, sungguh aku takut kalau aku mati dalam keadaan sesat. (Abu Bakar ra)

Imam Malik dan Imam Ibnu Taimiyah rahimahumullah berkata: sungguh sunnah Rasulullah Saw bagi kita saat ini adalah bagai perahu Nabi Nuh as saat banjir melanda dunia, barang siapa yang mau naik perahu Nuh maka ia akan selamat, dan barang siapa enggan menaikinya maka ia tenggelam ditelan arus.


Tathir wa tazkiyatunnafs

(selalu membersihkan dan mensucikan jiwa)

Suatu hari Rasulullah Saw di tengah para sahabat mengevaluasi akan pentingnya tazkiyah, maka Beliau Saw bertanya: siapa diantara kalian yang pagi ini berpuasa? Tak ada jawaban dari para sahabat kecuali Abu Bakar ra, saya ya Rasulullah…, Siapa diantara kalian yang hari ini telah berinfaq kepada fakir miskin? tak ada jawaban kecuali Abu Bakar ra, saya ya Rasulullah…, Siapa diantara kalian yang hari ini telah menjenguk saudaranya yang sakit? Tak ada jawaban kecuali Abu Bakar ra, saya ya Rasulullah..., Siapa diantara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah saudaranya ke makamnya? Tidak ada suara dari para sahabat, kembali Abu Bakar ra, saya ya rasulullah….

‘Ammar ra berkata : cukuplah bagiku kematian sebagai nasihatku, keyakinan sebagai kekayaanku dan ibadah sebagai kesibukanku.


Azzuhdu fiddunya

(zuhud terhadap dunia)

Umar ra bermunajat dalam lirih do’anya : Ya Allah jadikanlah dunia ini digenggaman kami, dan jangan jadikan dunia menguasai kami.

Zuhud telah jauh difahami dan dilaksanakan oleh generasi sahabat yaitu khoiru ummah. Abdurrahman bin Auf setiap mengingat shahidnya Mus’ab ra ia menangis dan bergumam: dia (Mus’ab ra) adalah sosok mu’min yang lebih baik dari aku. Ia tidak mendapatkan kafan yang mencukupi tubuhnya, bila ditutup kepalanya kakinya terlihat dan bila kakinya yang ditutup kepalanya terlihat, sedang aku diberi karunia kemewahan dunia. Sungguh aku takut kalau kenikmatan akhiratku telah disegerakan oleh Allah di dunia ini. Maka hari-hari berikutnya ia merasa kesedihan yang panjang, malam-malamnya ia menangis mengadukan dirinya kepada Allah :

Ya Allah sesungguhnya dengan kekayaan ini engkau sedang mengujiku, sebagaimana Engkau telah menguji orang-orang yahudi…

Ya Allah, aku takut kalau harta titipan-Mu ini menyebabkan diri ini semakin jauh dari syurga-Mu.

Karena itu, Ya Allah… selamatkan diri ini dari setiap belenggu dan ikatan harta dunia…

Limpahkanlah pada diriku ini curahan taufiq dan keridhoan-Mu...

Jauhkanlah aku dari setiap keinginan dan kegemaran terhadap harta benda dunia,

Sungguh aku takut Ya Allah kalau nantinya diriku ini qorunnya zaman ini, celakalah diriku bila Engkau tidak selamatkan kami...


Al hirshu alal ijtima’ wal wihdah

(respon terhadap kekompakan dan kesatuan)

Dan bagaimanakah kalian menjadi kufur(bercerai-berai setelah bersatu dalam iman). Sedang ayat-ayat Allah masih terus dibacakan pada kalian dan Rasul masih berada ditengah-tengah kalian? Dan barang siapa berpegang pada Allah, maka ia ditunjuki ke jalan yang lurus. (QS. Ali – Imron 101)

Cukuplah kisah dua etnis dari kaum anshor yakni Aus dan Khozroj setelah disatukan dalam persaudaraan Iman dan Islam terprofokasi oleh seorang tokoh yahudi Syasy bin Qois sehingga termakan hasutan manis dari orang yahudi ini dan hampir terjadi pertumpahan darah sekiranya Rasulullah tidak segera mengatasinya.

Apakah hingga saat ini kita masih terjadi perpecahan antara kaum Muslimin?

Syahadatku

Iblis pun demikian, ia mengetahui adanya Allah, akan tetapi ia tidak beriman. Orang-orang musyrik di zaman kenabian juga mempercayai Allah, akan tetapi mereka bukanlah orang yang beriman.

Amir duduk melamun menatap keindahan alam di perempatan jalan menuju pegunungan yang indah dengaan sorot mata yang kosong. Ia sering melakukan seperti itu beberapa hari terakhir, padahal ia dikenal teman-teman dikampusnya pemuda yang periang, rajin belajar, teguh pendirian sehingga wajar kalau IPKnya berbeda dengan teman-temannya satu organisasi, ya… maklum kalau aktivis bisanya IPKnya walaupun baik tapi hanya cukup memenuhi standar aktivis. Tapi beliau kali ini merasakan kekecewaan yang sangat mendalam Indek Prestasinya diluar dari prediksinya, karena ia yakin nilai kuliahnya akan baik karena ia telah mengerjakan semua tugas-tugas kuliah dan ketika ujian pun beliau dapat menyelesaikan denagn optimis. Tapi, nilainya turun secara drastis. Namun ia akhirnya menyadari akar permasalahanya, memang ia ketika semester pertama mendapatkan IPK Coumlaute sedangkan disemester kedua beliau sering bolos masuk kuliah karena merasa pelajaran yang ia terima di kampus sudah ia dapatkan di sekolah dahulu dan pelajaran di kampus tidak begitu penting dan membosankan baginya, maklumlah ia baru mengenal kampus dan organisasi yang telah mengubah paradigma cara pandang ia berfikir.

Ya…mungkin kehadiran kita kuliah menjadi syarat nilai kuliah kita menjadi baik. Cobalah kita renungkan, kalau selama ini kita telah banyak melakukan rutinitas ibadah bahkan telah menjadi kepribadian dan akhlaq tetapi ada sesuatu menyebabkan amal kita tersebut tertolak hanya karena kita salah memahami makna yang terkandung didalam syahadat yang selama ini kita pahami.

Ikhwah,

Syahadat tidak berhenti pada pernyataan seorang Muslim dengan mengucapkannya, lalu pasti diterima selamanya. Syahadatpun tidak hanya pengakuan dan pernyataan dari seorang hamba, lalu bereslah semua dan Allah pasti ridha menerimanya.

Ikhwah,

Iblis pun demikian, ia mengetahui adanya Allah, akan tetapi ia tidak beriman. Orang-orang musyrik di zaman kenabian juga mempercayai Allah, akan tetapi mereka bukanlah orang yang beriman.

Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapa yang mengatur segala urusan ?” Maka merekan akan menjawab, Allah. Katakanlah, “Mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)? ( QS. Yunus: 31)

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka akan menjawab “ Allah.” Katakanlah, Segala puji bagi Allah.” Bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Lukman: 25)

Ternyata orang-orang musyrik itu pun menyakini keberadaan Allah Swt. Iman bukanlah sekedar ucapan atau ikrar dilisan, tetapi ada persyaratan agar ikrar syahadat menjadi diterima disisi Allah Swt.

Ketika ada orang bertanya kepada wahhab bin Munabbin, “Bukankah laa ilaaha illallaah adalah kunci syurga?” Ia menjawab benar, namun tidak ada satu kuncipun kecuali mempunyai gigi-gigi. Jika engkau menggunakan yang bergigi, pintu akan terbuka. Jika tidak pintu tidak akan terbuka.“ Gigi-gigi kunci itulah yang menjadi syarat diterimanya syahadat dalam pembahasan kali ini.

Asy syaikh Muhammad Said Al Qahthani menyebutkan tujuh syarat diterimanya persyaksian syahadat.

MENGETAHUI (AL ‘ILM)

(Pengetahuan yang dapat menghilangkan kebodohan)

Syarat pertama diterimanya ikrar syahadat adalah Mengetahui makna yang dimaksud dan terkandung didalam kalimat syahadat tersebut. Kalimat tersebut menyangkut beberapa hal, misalnya makna kata “Asyhhadu”, pengertian “illah”, juga pemahaman tentang Nafy wa Itsbat (penolakan dan pengukuhan) yang tertuang di huruf laa dan illa.

Ikhwah,

Sebelum melakukan sesuatu kita harus mengetahui terlebih dahulu artinya berilmu dahulu sebelumberamal.

Allah Swt berfirman,

Dan janganlah engkau turutkan apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semua akan dimintai pertanggung jawaban ( QS. Al Isra: 36)

Secara umum, dan dalam hal apa saja pengetahuan memang harus lebih didahulukan atas amalan. Mengapa ?

  1. Ilmu adalah pembangkit iman dan ketundukan ( QS. Al Hajj:54)
  2. Ilmu menghindarkan kerancuan

Karena tidak berilmu, banyak orang merasa telah banyak berbuat amal kebajikan, namun sebenarnya perbuatannya termasuk kesesatan. ( QS. Al Kahfi: 103-104)

Pekerja tanpa Ilmu lebih banyak merusak daripada memperbaiki ( Kholifah Umar bin Abdul Aziz)

  1. Ilmu adalah pemimpin amal.

Imam Hasan Al Bashri berkata: “Pelaku amal yang melakukannya tanpa ilmu, ibarat orang berjalan tidak pada jalannya. Pekerja tanpa ilmu lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Oleh karenanya, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, namun jagan sampai berbahaya bagi ibadah dan carilah ibadah sebanyak-banyaknya namun jangan sampai berbahaya bagi ilmu. Ada segolongan kaum yang begitu gigih beribadah, namun meninggalkan ilmu hingga keluar dari rumahnya membawa pedang untuk memerangi umat Muhammad Saw. Seandainya saja mereka mencari ilmu, niscaya ilmu itu tidak mengarahkan pada apa yang mereka perbuat.

Mengetahui makna yang dimaksud dan terkandung di dalam kalimat syahadat, baik penafian maupun itsbat (penetapan), yang dapat menghilangkan kebodohan tentangnya, merupakan syarat pertama diterimanya ikrar syahadat. Allah meletakkan pengetahuan mendahului amal perbuatan, hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai ilmu bagi landasan segala sesuatu.

Allah telah berfirman:

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan” (Muhammad: 19).

Dalam ayat di atas, Allah telah mendahulukan perintah untuk mengilmui atau mengetahui sesuatu (fa’lam), sebelum memerintahkan untuk beramal (wastaghfir lidzanbik). Setiap orang yang bersyahadat harus mengetahui dengan benar tentang apa yang diucapkannya. Ketidaktahuan atau kebodohan dalam memahami kandungan kalimat syahadat menyebabkan ucapan seseorang tak ubahnya seperti mesin, atau juga burung beo yang pandai mengucapkan kata-kata tanpa pengetahuan akan maknanya.

KEYAKINAN (AL YAQIN)

(Keyakinan yang dapat menghilangkan keraguan)

Setiap orang yang beikrar harus meyakini kandungan kalimat syahadat dengan keyakinan yang kuat. Dengann keyakinan orang akan terhindar dari keragu-raguan dan ia akan mampu melangkah dengan kepastian. Keyakinan dapat dihasilakn melalui pendekatan logika. Yaitu:

1. Ketiadaan tidak bisa menciptakan

2. Berpikir tentang ciptaan dapat mengantarkan kita kepada sifat penciptanya

3. Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan dapat memberi sesuatu.

Pendekatan logika ini hanyalah alat Bantu untuk mendekatkan dan mengukuhkan keimanan kita kepada Allah Swt. Selebihnya, ayat-ayat Al Qur’an tentu sangat banyak menceritakan hakikat ini.

PENERIMAAN (AL QABUL)

( Penerimaan yang dapat menghilangkan penolakan)

Setiap orang yang mengikrarkan syahadat harus menerima konsekuensi kaliamat tersebut dengan hati dan lisannya. Orang yang berikrar syahadat dengan lisannya, akan tetapi hatinya menolak kebenaran tersebut sebagai munafiq I’tiqadiy seperti Abdullah bin Ubai bin Salul.

Ikrar syahadat baru diterima oleh Allah apabila disertai penerimaan yang total atas konsekuensi yang menyertainya. Penolakan akan makna dan kandungan syahadat akan berdampak merusak persaksian yang telah diikrarkan.

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, Laa ilaaha illallaah, mereka menyombongkan diri. Mereka mengatakan, “apakah kami harus meninggalkan tuhan-tuhan sesembahan kami hanya untuk mengikuti seorang penya’ir gila? (QS. Ash Shafat: 35-36)

KETUNDUKAN ( AL INQIDIYAD)

( Ketundukan yang dapat menghilangkan pembangkangan)

Ikrar Syahadat harus diikuti dengan sikap tunduk terhadap kandungan maknanya dan tidak mengabaikan maksud kalimat syahadat tersebut.

Siapakah yang lebih baik agamanya dibanding orang yang menyerahkan wajahnya kepada Allah dan dia adalah orang yang mengerjakan kebajikan…(QS. An Nisa’”125)

KEJUJURAN ( ASH SHIDQ)

( Kejujuran yang dapat menghilangkan kedustaan)

Setiap orang yang berikrar syahadat harus melakukannya secara jujur, tidak berpura-pura atau berdusta.

Dan diantara manusia ada yang mengatakan, “kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal mereka itu sebenarnya bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal pada hakikatnya mereka hanya menipu diri sendiri sedangkan mereka tidak sadar. ( QS. Al Baqarah: 8-10)

IKHLAS (AL IKHLASH)

( Keikhlasan yang dapat menghilangkan kemusyrikan)

Amal yang ikhlas adalah manakala amal yang dikerjakan hanya dalam rangka mendapat ridha Allah Swt., tidak untuk mendapat ridha dari siapapun diantara makhluk-Nya. Ia dapat menentramkan hati, sekaligus menjadikan amal ibadah kita diterima Allah Swt. Selain itu, keikhlasan dapat menciptakan semangat untuk berjuang dan siap menaggung semua risiko dari perjuangan yang dilakukan.

CINTA (AL HUBB)

(Kecintaan yang dapat menghilangkan kemarahan dan kebencian)

Setiap orang yang bersyahadat harus mencintai kalimatnaya, mencintai segala yang menjadi konsekuensinya sekaligus mencintai orang-orang yang konsekuen dengannya. Orang yang telah mengikrarka syahadat, ia harus mencintai Allah diatas segala-galanya dan mencintai segala sesuatu dalam rangka mencintai Allah Swt.

Syekh Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Indikasi kecintaan seorang hamba kepada Tuhan adalah mendahulukan cinta kepada-Nya sekalipun hawa nafsunya menentang, membenci apa yang dibenci Tuhannya, sekalipun hawa nafsu cendrung kepada hal tersebut, memberikan loyalitas kepada orang yang berwala’ kepada Allah dan rasul-Nya, memusuhi siapapun yang memusuhi Tuhannya, mengikuti Rasulullah saw, meniti jalan kenabian dan menerima petunjuk darinya.”

Ibnu Taimiyah berkata, “Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah bagian dari cinta kepada kekasih. Kesiapan menanggung risiko yang berat adalah bagian dari cinta pada kekasih.”

Jika ada orang yang bersyahadat tetapi membenci Allah dan rasul-Nya, maka bukanlah orang yang beriman. Lebih dari itu, syahadat itu tidak akan sampai menggerakkan hati untuk tunduk dan pasrah serta setiap menanggung risiko perjuangan.