Dewasa

Maturity is sense of giving, sense of sharing and sense of caring.

Ketika berusia sekitar 4 – 6 tahun saya mempunyai kebiasaan yang sangat menarik yang hingga saat ini tetap terkenang. Karena ayah saya perangkat desa hampir setiap pekan ada tamu yang datang berkunjung kerumah baik hanya sebatas silaturahim maupun membahas urusan kantor. Setiap ada tamu saya selalu berusaha “cari perhatian” bertingkah yang aneh-aneh, minta ini dan itu dan banyak lain yang dilakukan hingga membuat jengkel orang tua. Ada perasaan bahagia ketika melihat orang tua melayani layaknya seorang pelayan karena bila tidak dituruti saya menggunakan jurus yang sangat ampuh yaitu ngambek dan menangis….he…he…he…

Saya kira hal yang wajar itu dilakukan oleh anak kecil yang sedang cari perhatian. Tapi menjadi hal yang ‘wagu’ kalau hal tersebut dilakukan orang dewasa.

Diera sekarang ini, dakwah kampus dituntut untuk bersikap dewasa dalam menghadapi tantangan, idealis dalam menentukan kebijakan dan siap menerima realita kehidupan. Dewasa itu pilihan, ia tidak identik dengan usia. Kedewasaan itu identik dengan kemampuan; kemampuan untuk memberi (The Power of giving); kemampuan untuk berbagi (the Power of sharing) dan kepedulian (The Power of Caring).

Kita tidak mungkin dapat memberi kalau kita masih menjadi ’pengemis’. Kita tidak akan bisa berbagi kalau kita ‘miskin’ dan mana mungkin kita dikatakan orang yang peduli terhadap kondisi bangsa kalau kita masih menjadi ‘beban’. ADK tidak sepantasnya masih menjadi pengemis; mengemis pada orang tua atau mengemis pada budaya. Bukan zamannya kalau ADK itu miskin; miskin ilmu agama dan teknologi, miskin strategi atau miskin wibawa dan integritas sebagai ADK. Saatnya ADK itu menjadi solusi bagi kehidupan bangsa dan jangan menjadi beban orang tua, ‘jamaah’ dan bangsa.

Remember…

Our dream is be solution this country problem. We can’t do it if we have many problems. It's our academic, our spirit or our body. So, ADK have to have power of body, high motivation and Of course he must smart.

0 Responses